Sabtu, 02 Juni 2012

nasihat dari seorang ibu yang bijak

Kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya digambarkan dengan gamblang dan jelas dalam hadist-hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai contoh kelembutan dan kasih sayang serta sumber cinta kasih yang tulus. Allah telah menciptakan wanita sebagai sumber yang mengalirkan cinta kasih kepada anak-anaknya dan memprioritaskan pemberiannya kepada mereka.
Amirul Mukminin Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu telah meriwayatkan bahwa pernah sejumlah tawanan didatangkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Di antara tawanan tersebut terdapat seorang ibu yang berlari-lari kesana dan kemari mencari anaknya yang masih balita.Setelah menemukan anaknya, ia langsung menggendongnya dan menyusuinya. Maka saat itu juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Bagaimanakah menurut kalian, apakah wanita ini tega mencapakkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami men-jawab: “Demi Allah, tentu tidak”. Nabi bersabda: “Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dari pada kasih sayang wanita ini kepada anaknya”.
Wanita itu telah jatuh ke dalam kehinaan sebagai tawanan, sedih, dan murung hatimya. Padahal sebelumnya dia adalah seorang wanita terhormat di kalangan keluarga dan handai tolannya, merdeka dalam lindungan kaum pria kabilahnya, dan dihormati dalam lingkungan rumah suaminya. Akan tetapi, karena ditawan, jadilah ia seorang budak perempuan yang dimiliki dan pelayan yang diperintah.
Keadaan seperti ini begitu menekan jiwanya dengan penuh kesulitan, sehingga membuatnya lupa kepada apa yang terjadi di sekitarnya karena kepedihan yang dideritanya benar-benar telah meremuk-redamkan kalbunya. Meskipun dengan kondisi demikian, sang ibu tetap tidak melupakan anak belahan hatinya. Bahkan dia dengan sekuat tenaga mencari-carinya sampai menjumpainya, lalu segera memeluknya dengan penuh kelembutan dan memberikan puting susu kepadanya seraya mendekapkannya ke dada dengan kasih sayang.
Seorang ibu tidak akan membiarkan anaknya tersentuh oleh bahaya sedikit pun. Dia pasti akan membelanya dari gangguan sekecil apa pun dan rela berkorban untuknya meskipun harus ditebus dengan jiwanya. Dia akan meninggalkan anaknya dengan sesuatu yang berharga dan membahagiakannya. Dia akan selalu dan senantiasa memberikan untaian indah nasehat, bila anaknya akan pergi dan mulai meniti mahligai rumah tangga.
Adalah Ummu Iyas binti ‘Auf yang memberikan wasiat dan nasehat indahnya kepada puteri tercintanya di saat malam pernikahannya. Beliau berkata: “Wahai puteriku, sesungguhnya engkau sekarang beranjak dari nuansa yang selama ini engkau hidup di dalamnya dan engkau tinggalkan kehidupan yang selama ini biasa engkau alami. Sudah menjadi taqdir bagi wanita untuk diciptakan bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya laki-laki diciptakan untuk wanita. Oleh karena itu, kusampaikan beberapa pesan agar engkau bersama suami dapat mengarungi bahtera rumah tangga dengan baik:
“Patuhlah kepada suami dengan menerima apa adanya dan mendengar kata-katanya dengan baik disertai keta’atan. Perhatikanlah apa yang biasa dilihat matanya dan dicium oleh hidungnya. Untuk itu, jangan sampai pandangan matanya melihat hal yang buruk dari dirimu dan jangan sampai hidungnya mencium darimu kecuali bau yang harum.
Perhatikanlah waktu tidur dan waktu makannya, karena sesungguhnya ketegangan rasa lapar itu amat membakar dan kurang tidur itu dapat menimbulkan emosi kemarahan. Jagalah hartanya dan peliharalah keluarga dan anak-anaknya. Adapun hal yang terpenting berkaitan dengan hartanya adalah mengaturnya dengan baik dan yang berkaitan dengan anak-anaknya adalah memelihara mereka dengan baik. Janganlah enkau mendurhakai perintahnya dan jangan membocorkan rahasianya, karena sesungguhnya jika engkau menentang perintahnya, berarti engkau akan membuat dadanya bergejolak.
Dan jika engkau membocorkan rahasianya, berarti engkau tidak luput dari penghianatannya. Hati-hatilah, jangan sampai engkau memperlihatkan sikap gembira di hadapannya sedang dia dalam keadaan bersedih. Dan jangan pula engkau memperlihatkan kesedihan di hadapannya, sedang dia dalam keadaan gembira”.
Begitu sayang dan cintanya seorang Ummu Iyas hingga beliau ingin kelak puterinya menjadi sosok wanita dan seorang isteri yang ta’at dan patuh kepada suaminya. Tanggung jawab dan kasih sayangnya sebagai seorang ibu yang mendorongnya berbuat seperti itu. Beliau ingin kelak anaknya pun menjadi sosok ibu yang kembali akan meraih rumah tangga yang bahagia serta melahirkan dari rahimnya benih-benih para pejuang Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar